PENDAHULUAN
Dalam spektur politik islam indonesia secara historis dan
perjuangan politiknya dalam perkembangan
secara riil dari orde lama,orde baru dan era reformasi sekarang ini di tujukan
untuk merebut ruang publik dan kendali politik terutama dalam mewujudkan
idiologi politik yang di refleksikan dari nilai-nilai agama dalam negara.Apabilah
di petakan, maka kekuatan islam terbagi menjadi islam tradisional,islam
modernis,neomodernis,fundamentalisme (ektrimis),
tranformatif,inklusif,pluralis,hingga islam kiri ,liberal
,emansipatoris,post-puritan dan post –tradisional.
Dalam pemikiran ini semua kekuatan
islam apabilah di petakan ada dua kekuatan politik yang besar yang ada sampai
sekarang yaitu, masyumi dan NU.Dua kekuatan politik ini menjadi dorongan politik dalam perpolitikan negara
indonesia.Dari pemilihan umum ke pemilihan umum kekuatan politik islam selalu
di apit oleh kekuatan politik asing dan kepentigan politik elit tertentu dan
juga kekuatan politik nasionalis.
Namun secara riil kekuatan politik
yang penting di pahami dan akan di jelaskan dalam penjelasan ini berhubungan
dengan kekuatan politik yang berhubugan degan perkembagan partai politik islam
dan gerakan ormas islam yang menjadi
kekuatan-kekuatan politik di negara dan penjelasan lain yang di hubungkan
adalah bagaimana negara mengendalikan kekuatan politik islam di indonesia.
ANALISIS
KRITIS
ISLAM SEBAGAI KEKUATAN POLITIK DI INDONESIA
Secara historis dan heroik, akar islam sebagai kekuatan
politik sebelumnya ada pada gerakan sarekat islam (SI) yang menjadi
satu-satunya alat perlawanan.Setelah kemerdekaan indonesia gerakan sarekat
islam melahirkan partai politik masyumi dan NU[1].Namun
karena kepentingan politik yang berbeda presiden sokarno mengeluarkan keppres nomor
200/1960 tanggal 15 Agustus 1960, yang isinya membubarkan masyumi dan partai
sosialis indonesia (PSI). Namun pelaksanaan pembubaran itu harus dilakukan
sendiri oleh masyumi dan PSI. Jika dalam tempoh seratus hari kedua partai itu
tidak membubarkan diri, maka partai itu akan dinyatakan sebagai partai
terlarang. Sebab itulah ketua umum masyumi, Prawoto Mangkusasmito dan sekjennya
Muhammad Yunan Nasution, mengeluarkan pernyataan politik membubarkan masyumi,
mulai dari pusat sampai ke daerah - daerah.
Sejak bubarnya masyumi
dan PSI,soekarno mulai menjadi diktator dan negara makin bergerak ke arah kiri.
Dalam perhitungan mereka, tanpa masyumi dan PSI, maka kekuatan PKI semakin
besar dan sukar dibendung. PNI sebagai representasi kelompok nasionalis, telah
dintrik dan diintervensi oleh kekuatan kiri melalui kelompok Ali Sastroamidjojo
dan Surachman. Kendatipun memiliki basis massa yang besar, elit politisi NU
dibawah pimpinan, Idham Chalid dan Saifuddin Zuhri, takkan kuat menghadapi
Soekarno dan PKI sendirian. Apalagi, makin nampak kecenderungan akomodatif NU
untuk menerima posisi representasi kelompok agama dalam poros nasakom (Nasionalis,
Agama dan Komunis) .Suatu hal yang ditentang keras oleh masyumi.
Meskipun masyumi telah
membubarkan diri, dan tokoh-tokohnya yang terlibat dalam PRRI telah memenuhi
panggilan amnesti umum dan mereka menyerah, namun perlakuan terhadap mereka
tetap saja jauh dari hukum dan keadilan. Tokoh-tokoh masyumi yang menyerah itu,
Natsir, Sjafruddin Prawiranegara dan Boerhanoeddin Harahap ditangkapi. Bahkan
mereka yang tidak terlibat PRRI seperti Prawoto, Mohamad Roem, Yunan Nasution,
Isa Anshary, Kasman Singodimedjo, Buya Hamka dan yang lain, juga ditangkapi
tanpa alasan yang jelas. Bertahun-tahun mereka mendekam dalam tahanan di jalan
keagungan, jakarta, tanpa proses hukum. Ini terang suatu bentuk pelanggaran HAM
yang dilakukan Sukarno. Tokoh utama PSI, Sutan Sjahrir bahkan mendekam dalam
penjara di sebuah pulau di lautan Hindia, di sebelah selatan daerah Banten.
Dalam kondisi tahanan yang buruk, Sjahrir sakit, sampai akhirnya wafat walau
mendapat perawatan di swiss. Tokoh PSI yang lain, Soebadio Sastrosatomo dan
Hamid Algadri juga ditahan. Perlakuan terhadap anak-anak dan keluarga orang masyumi
di masa itu hampir sama saja dengan perlakuan keluarga PKI di masa Orde Baru.
Ketika itu PKI sedang jaya. Ketika mereka sedang jaya, mereka juga membantai
orang-orang masyumi di madiun tahun 1948, dan menculik dan menghilangkan paksa
orang-orang masyumi di jawa barat dan tempat-tempat lain. Hendaknya sejarah
jangan melupakan semua peristiwa ini. Di era reformasi sekarang, banyak aktivis
HAM hanya berbicara tentang orang-orang PKI pasca G 30 S yang menjadi korban
pembantaian orde baru, tetapi mereka melupakan orang-orang masyumi yang menjadi
korban pembantaian dan penghilangan paksa PKI, ketika mereka masih
jaya-jayanya.
Sebab
itulah, ketika orde lama runtuh pasca gerakan 30 September 1965, ada secercah
harapan di kalangan keluarga besar masyumi agar mereka hidup dan berkiprah
kembali. Presiden Soekarno yang dianggap berbuat sewenang-wenang kepada masyumi
dengan dukungan PKI.
Setelah
runtuh ode lama soeharto mendapat dukungan luas dara masyumi dan NU, ketika soeharto
menghancurkan PKI akan tetapi soeharto di masa kepemimpinannya di pengaruhi
oleh kebijakan internasional dari dampak perang dingin melahirkan paham anti idiologi agama dan anti
komunis sehingga orde baru menjadi
pemerintahan yang anti komunis dan islam yang ditransformasikan sebagai
ideologi dan kekuatan politik. Slogan terkenal Orde Baru sejak kelahirannya
ialah “melaksanakan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan konsekuen”. Mereka mempunyai tafsir sendiri terhadap
Pancasila dan UUD 1945, yang kemudian dijadikan doktrin dan pijakan ideologis orde
baru. Dalam komunikasi politik yang dibangunnya, orde baru mengatakan bahwa
mereka tidak berorientasi ideologi.
Dengan demikian pemerintahan orde baru merampingkan partai
politik degan mendorong partai politik golongan karya sebagai partai tunggal
dan partai nasionalis di buat menjadi PDI dan partai yang beraliran agama di
satukan menjadi PPP .
Ini artinya bahwa dalam pemerintahan orde baru masyumi dan
NU kembali menjadi organisasi sipil walaupun partai politik PPP ikut berpolitik
dalam membangun negara.Organisasi-organisasi perlawanan atau ormas yang terus
mendorong idiologi syariah terus menjadi ajar untuk menjadi kekuatan-kekuatan
sipil. Jadi kekuatan politik masyumi dan NU di masa orde baru ada pada basis
masa masing-masing yang riil sehingga di perhitungkan oleh pemerintah orde baru
.Selain kekuatan masa riil masyumi dan NU mempunyai organisasi-organisai
sipil,pemuda dan mahasiwa yang selalu bergerak secara riil.Terutama
gerakan-gerakan jihad dan gerakan-gerakan radikal lainnya.
Namun melihat gerakan politik muslim yang berkembang dan nasyumi
dan NU menjadi organisasi yang feodal sehingga di perhitungkan oleh
pemerintahan orde baru sebagai kekuatan politik.Dalam sisi yang lain di sadari
bahwa pemerintahan orde baru membangun
sentralisme sistem melalui dwi fungsi ABRI, gerakan pemuda dan
mahasiwa,masyakat dan birokrat (korpri) dan satu partai politik tunggal dengan
dua partai peserta pemilu (PDI dan PPP).Sistem pemerintahan sentralistik orde
baru tidak menghendaki pemerintahan sesuai dengan pola hubungan elit dan
pemodal berdasarkan misi kepentingan internasional.Demi kepentingan politik
internasionalpun runtuhnya rezim soeharito.
Perkembangan sekarang
dapat di lihat bahwa kekuatan islam menguat sebagai kekuatan politik melalui
refleksi terhadap gerakan sarekat islam (SI) dan pengalaman marjinalisasi
partai politik islam oleh orde lama dan orde baru.Dalam refleksi ini di era PAN,PPP,PKS serta ormas fundamentalis seperti,FPI yang
tidak jelas posisinya, (di satu sisi sebagai alat pemerintah dan di sisi lain
sebagai alat elit tertentu),laskar jihad,gerakan al-qaeda wilayah asia tenggara
(Ambrosi dkk) dan ormas-ormas lainnya menjadi kekuatan politik islam.Gerakan
sarekat islam dan marjinalisasi partai
islam mempunyai daya pikat yang kuat dan itu merupakan bagian dari keyakinan
dan secara alamiah menjadi bagian integral dalam kehidupan islam.
Pendekatan-pendekatan
dalam melakukan gerakan sarekat islam
dan majinalisasi partai politik islam yang daya pikatnya yang kuat menerut kuncowijoyo bersifat
integrasionis dan sitemik.Gerakan islam yang di refleksikan dari gerakan
sarekat islam (SI) di mulai dari zaman penjajahan india-belanda.Gerakan sarekat
islam (SI) menolak kolonialisme serta mempunyai kemampun mengartikulasi
tuntutan-tuntutan mayoritas rakyat sehingga mendapat dukungan penuh rakyat[2].Anggota
sarekat islam mempunyai watak yang keras,terus terang dan revolusioner.Anggota
sarekat islam rata-rata berusia mudah.Dalam sistem rekrutmen pesantren dan
masyarakat kelas menengah kebawah menjadi target pengorganisiran.Fasilitras dan
pendidikan di sediakan bagi setiap kader yang ada.Pola dan strategi yang sama
di kembangkan dari era orde lama,era orde baru dan era reformasi saat ini.
ANALISIS PENUTUP
Kekuatan-kekuatan
politik islam dalam aksi politik di refleksikan dari syariah islam sebagai
idiologi politik yang dahulunya lahir untuk melawan kolonialisme dan dalam
perkembangan selanjutnya lahir sebagai partai politik dan membela menjadi
kekuatan-kekuatan sipil, melawan pemodal asing atau neoliberalisme dan bahkan
sebagai kekuatan politik untuk mempertahankan dan menjalankan agama islam
ketika mendapat ancaman dari dalam maupun dari luar agama islam sendiri.Karena
ajaran syariah islam yang di terjemakan secara berlebihan untuk melawan manusia
yang lain yang dalam perspektif islam di anggap kafir maka perlu di bunuh dengan
cara kekerasan tentunya menjadi perhatian serius negara dan dunia internasional
dengan pertimbagan bahwa indonesia adalah negara hukum dan apapun tindakan yang
hendak di ambil dalam menjalankan syariah islam penting menyesuaikan diri
dengan hukum negara indonesia.
Dalam konteks inilah
oleh orde baru menganggap masyumi dan NU
sebagai kekuatan politik yang juga mengancam idiologi pancasilah sehingga
aksesnya di persempit ruang geraknya dalam politik di indonesia degan
berdirinya PPP sebagai kekuatan politik islam yang lunak gerakan politiknya
dengan pemerintah orde baru dan dalam perspektif pemerintahan orde baru menegaskan organisasi atau partai politik yang
pro terhadapa kepentingan idiologi islam di luar PPP yakni , masyumi dan NU serta idiologi komunis
di anggap sebagai organisasi politik yang perlu di hancurkan. Hal ini tidak jau berbeda dengan pemerintahan
orde reformasi dimana elit politik PPP,PAN PKS dan Ormas-ormas islam
fundamentalis seperti,FPI yang tidak jelas posisinya, (di satu sisi sebagai
alat pemerintah dan di sisi lain sebagai alat elit tertentu),laskar
jihad,gerakan al-qaeda wilayah asia tenggara (Ambrosi dkk) masih di anggap kekuatan
politik kiri yang masih bergerak untuk mewujudkan negara islam indonesia di
anggap berbahaya atau penting di pantau secara ketat oleh negara melalui
kebijakan dan tindakan pengamanan yang ketat dan khusus untuk gerakan terorisme
pendekatan militer menjadi solusi dalam menghancurkan gerakan terorisme di
indonesia.
[1] Eko
Prasetyo,2002,Islam Kiri melawan Kapitalisme Modal dari Wacana menuju
Geraka.Insist Press, Yogyakarta.hal 163-170.
[2]
Selama empat tahun sejak di dirikannya SI
pada tahun 1912 ,keanggotaannya sudah mencapai 360.000 orang dan organisasi itu
bekerja berdasarkan program politik yang bertujuan mendirikan pemerintahan
sendiri atau negara islam.Menjelang tahun 1919 keanggotaannya telah mencapai
hampir dua setengah juga dan program kebangsaannya yang militer benar-benar di
bangkitkan untuk memperoleh kemerdekaan penuh kalau perlu degan kekerasan.Lihat
Gerorge McTurnan Kahim,1995,Nasionalisme Revolusi di Indonesia,Jakarta,Pustaka
Sinar Harapan.
What is the most popular casino game in Canada?
BalasHapusThe most popular aspect05.com casino game 드래곤 타이거 for Canada 강원 랜드 여자 노숙자 is the Jackpot Party. 검증 사이트 먹튀 랭크 A popular casino game in Canada that allows 총판모집 you to win massive jackpots. It's fun