Rabu, 13 April 2011

COUNTER HARD POWER STATE DAN COUNTER SOFT POWER STATE IN INDONESIA :

COUNTER HARD POWER STATE DAN COUNTER SOFT POWER STATE IN INDONESIA : (Kajian Sentralisasi Partai Politik,Birokrasi dan Peningkatan Peran Militer di Era Orde Baru dan Reformasi Partai Politik,Birokrasi dan Civil Society di Era Reformasi) PENDAHULUAN Joseph Nye,mengidentifikasi kekuatan keras atau hard power ,sebagai kemampuan untuk menggunakan wortel politik dan batang ekonomi serta militer untuk membuat orang lain atau lawan mengikuti penguasa atau orang yang berkuasa .Dalam asumsi level sistemik negara memiliki dua pendekatan teknik menjalankan kekuasaan. Dalam menjalankan kekuasaan negara di perhadapkan dengan dua pilihan yakni, pilihan implementasi kekuasaan secara paksa atau hard power dan pilihan implementasi kekuasaan secara lunak atau soft power . Kekuasaan yang keras atau hard powe ,terutama berkaitan dengan kekuasaan yang bersifat memaksa, seperti penggunaan kekuatan dan kekuasaan atau kedudukan.Dalam pemerintahan orde baru negara memili pilihan implementasi kekuasaan negara secara paksa atau hard power, pada partai politik,birokrasi dan peningkatan peran militer.Sementara pengunaan kekuasaan secara lunak atau soft power, biasanya mencakup demokrasi,ekonomi,diplomasi dan pengaruh budaya. Pemikiran kekuasaan secara lunak atau soft power,terimplementasi di era reformasi melalui reformasi partai politik,birokrasi dan civil Society.Dalam, hard power dan soft power, kesulitannya tidak ada garis pembagi yang jelas di antara dua bentuk kekuasaan tersebut dan dalam pandagan yang lain dapat di ketahui juga bahwa, hard power dan soft power,cenderung di amati secara bersamaan.Namun memahami, hard power dan soft power,secara riil di pahami dalam teori-teori keseimbangan kekuasaan yang berangkat dari teori realisme, neorealisme, Kenneth Waltz. Asumsinya bahwa ketika ada kekuatan politik yang lahir perlu meningkatkan kekuasaan untuk menandingi kekuasaan itu apakah mendukung atau menolak .Sebagai varian dari realisme, neorealisme seringkali dikenal dengan realisme struktural, yang dibedakan dengan realisme tradisional. Sebagaimana realisme, neorealisme menjadikan negara dan perilaku negara fokusnya dan berusaha menjawab pertanyaan mengapa perilaku negara selalu terkait dengan kekerasan. Semua tradisi realis berangkat dari filsafat keharusan (the philosophy of necessity) . ANALISIS KRITIS Dalam perspektif orde baru partai politik di sentralisir apakah itu idiologi agamis,nasionalis,sosialis versus komunis di bubarkan .Masyumi partai agama dan NU kekuatannya di satukan kedalam PPP.Partai idiologi nasionalis di satukan kedalam PDI. Dua partai besar ini secara politik di ciptakan sebagai partai kualisi dari partai golongan karya.Hal ini terjadi berawal dari perang dingin secara internasional antara idiologi liberal dunia melawan idiologi komunis .Target AS dan sekutunya salah satu negara adalah Indonesia .Karena pemerintah orde lama mendukung PKI, maka AS dan sekutunya masuk melalui AD di bawah kepemimpinan Soeharto untuk melakukan, hard power ,yakni kude militer terhadap pemerintahan orde lama.Oleh dukungan AS dan sekutunya kuudeta ini berhasil dengan sangat sukses .Kudeta ini juga bukan saja di lakukan dalam tubuh pemerintahan akan tetapi dilakukan dalam tubuh partai politik,birokrasi,militer dan civil society.Gerakan penumpasan PKI dan penuntasan gerakan kiri islam atau gerakan kiri,civil society, islam di singkirkan dari partai politik,birokrasi,militer dan di asingkan dari masyarakat umum.Kasus-kasus ini tidak perna di ungkapkan sampai hari ini. Pemerintah orde baru tidak bergerak sampai batas itu akan tetapi untuk, counter, gerakan PKI dan gerakan kiri islam atau gerakan,civil society, di Indonesia. Partai golongan karya menjadi kekuatan politik elit orde baru.Pemerintah orde baru juga membuat dwi fungsi ABRI.Untuk mengendalikan masyakat sipil untuk pemudah di bentuklah KNPI,SBSI dan organisasi tani indonesia.Untuk mahasiswa di berlakukan NKK/BKK.Untuk birokrat di bentuklah korpri.Inilah alat kekuatan politik negara untuk,counter , gerakan PKI dan gerakan kiri islam atau gerakan civil society,berkembang di indonesia.Berdasarkan sentralisasi partai politik,birokrat militer dan civil society, pemerintah orde baru terutama partai golongan karya menjadi pemenang dalam pemilihan umum di masa orde baru dan menjadi penguasa dan pengendali pemerintahan di indonesia di masa orde baru.Kekuatan-kekuatan politik yang di bentuk pemerintahan orde baru ini terlaksana secara efektif dan efisien selama 32 tahun berkuasanya soeharto.Walaupun orde baru berkuasan namun nilai-nilai marxisme gerakan politik dan gerakan civil society.PKI membentuk sel - sel gerakan begitu juga dengan islam kiri yang tujuannya untuk menumbangkan pemerintahan orde baru dan membentuk negara islam indonesia.Dasar refleksinya pada ajaran syariah islam. Dengan demikian idiologinya adalah adalah idiologi syariah islam dan idiologi komunis di refleksikan dari ajaran-ajaran marx.Gerakan-gerakan civil society, yang lahir merupakan bentuk ketidak satuan visi dan misi menumbangkan pemerintahan orde baru yang menerjemakan pancasilah dan UUD 1945 sesuai dengan versinya sendiri.Dampaknya banyak politisi,aktivis dan akademisi yang di tawan bahkan di bunuh sadis ole orde baru.Terutama dampak dari perang melawan PKI. Ribuan orang tak berdosa ikut di bantai militer dan untuk kasus gerakan mahasiswa atau gerakan, civil society, adalah peristiwa peristiwa malaria 1979.Peristiwa pelangaran terhadap kemanusiaan di Indonesia selalu menjadi spirit bagi gerakan sipil di indonesia.Sebagai wujud dari hapan itu ketika menjelang reformasi atau di ujung orde baru banyak gerakan mahasiswa dan gerakan, civil society , muncul seperti lahinya PRD dengan idiologi marxisme yang kemudian di era reformasi mebela lagi menjadi LMND untuk kalangan mahasiwa dan untuk kalangan masyarakat di bentuklah serikat buruh,tani dan serikat yang lainnya.Hal yang sama di tubuh, NU dan Masyumi atau Muhammadiyah. Untuk mahasiswa di bentuklah HMI,PMII dan organisasi lainnya.Untuk pelajar di bentuklah organisasi pesantren-pesantren dan selanjutnya untuk PNI, lahirlah kaum Marhaenisme. Untuk basis masyarakat sipil khususnya tani dan untuk mahasiwa lahirlah GMNI, kemudian untuk kaum kristiani lahirlah PMKRI, untuk mahasiwa katolik dan GMKI untuk mahasiswa protestan.Perkembagan demi perkembangan organisasi ini menjadi kekuatan-kekuatan politik,civil society,yang telah melahirkan reformasih 1997/1998.Walaupun mahasiwa dan civil society, yang korban pada kasus trisakti,semangi I dan semangi II namun nuansa demokrasi di indonesia bisa di hirup dengan segar oleh seluruh warga negara walaupun di sadari bahwa di era reformasi ini elit politik partai,pemerintah dan pemodal yang menjadi penindas rakyat atau civil society. Di era reformasi ini,counter,gelombang demokrasi atau gerakan sipil yang luas dan gerakan kiri negara atau elit yang berkuasa negara tetap mengunakan KNPI, Korpri, SBSI, Organisasi tani, sekarang PSSI, FPI dan Polisi atau Densus 88 serta partai pemerintah, (Demokrat) yang menjadi presiden dan kualisinya pemerintahan dan kualisi partai politik serta kualisi organisasi masyarakat sipil seperti NASDEM.Inilah alat kekuatan politik pemerintah . ANALISIS PENUTUP Dalam implementasi kekuasan secara, hard power di era orde baru pendekatan militer dan sentralisasi terhadap partai politik,birokrasi dan civil society,sangat keras dan berada di bawah kendali segelintir orang.Pemerintahan negara menjadi sewenang-wenang.Persoalan mengenai, civil society , menjadi masalah kemanusiaan sebagai dampak dari peran dingin. Masalah kemanusia di indonesia di era orde baru bukan saja terjadi secara politik akan tetapi berbuntut pada berbagai aspek kehidupan.Krisis kemanusiaan membuat lahirlah berbagai organisasi politik dan gerakan, civil soviety, untuk menumbangkan pemerintahan orde baru.Pemerintah orde baru yang di bantu oleh militer dan birokrat menjadi musuh, civil society di indonesia.Dampak dari pada itu ketika terjadi krisis ekonomi indonesia 1997, maka gerakan, civil society, mengamati dan mengambil langka baru untuk memanfaatkan peluang ini sebagai dorongan gerakan reformasi yang di pelopori oleh mahasiwa.Hasil yang di peroleh tumbangnya rezim militer dan birokrat komprador orde baru .Hasilnya Soerharto mangkat dari jabatannya.dwi fungsi ABRI di cabut, sistem multipartai di terapkan.Pemilihan umum 1999 secara demokratis di buka dan lebih menarik pemilihan 2004 untuk pertama kali presiden dan wakil presiden di pilih oleh seluruh,civil society dan pemilu 2009 peran, civil soviety, terus mengontrol militer ,birokrat dan pemerintah yang berkuasa walaupun presiden dan wakil presiden di pilih secara langsung untuk kedua kalinya di pemilu 2009.Kekuatan pemerintah reformasi saat ini dengan melihat dan merasakan gelombagn demokrasi yang kuat di Indonesia, maka soft power, menjadi kebijakan negara dalam melaksanakan pemerintahan di indonesia sampai hari ini.Dengan demikian militer kembali ke barak dan birokrat tidak berpolitik.akan tetapi untuk, counter , gelombang demokrasi atau gerakan sipil yang luas dan gerakan kiri negara atau elit yang berkuasa negara tetap mengunakan KNPI,Korpri,SBSI,Organisasi tani ,sekarang PSSI,FPI dan Polisi atau Densus 88 serta partai pemerintah, (Demokrat) yang menjadi presiden dan kualisinya pemerintahan dan kualisi partai politik serta kualisi organisasi masyarakat sipil seperti NASDEM.Inilah alat kekuatan politik pemerintah untuk, conter , gelombang demokrasi dan gerakan kiri yang lahir di indonesia.Jadi di era reformasi sekarang ancaman bagi negara adalah penyelesaian masalah konflik kekuasaan di daerah dan pemekaran - pemekaran propinsi,kabupaten/kota dan masalah terorisme serta masalah perbatasan dan integrasi politik. DAFTAR PUSTAKA Nye, Joseph S. Power in the Global Information Age: From Realism to Globalization. London, New York: Routledge, 2004. Arnold Wolfers, The philosophy of necessity and the philosophy of choice , Discord and Collaboration, 1978. Eko Prasetyo,2002,Islam Kiri melawan Kapitalisme Modal dari Wacana menuju Geraka.Insist Press, Yogyakarta.hal 163-170. Gerorge McTurnan Kahim,1995,Nasionalisme Revolusi di Indonesia,Jakarta,Pustaka Sinar Harapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar